Jaringan Internet Pondok Pesantren, Masjid & Madrasah
(Oleh: Onno W. Purbo ) Bandung, 2000
Sesuatu yang ambisius, ber-idealisme tinggi & hampir mustahil membangun jaringan pesantren, masjid & madrasah di Indonesia. Apalagi jika dilakukan secara swadaya masyarakat tanpa utang ke Bank Dunia, ADB & IMF. Ternyata sesuatu yang beridealisme tinggi & mustahil ini dilakoni secara serius oleh rekan-rekan Pusat Teknologi Tepat Guna yang di singkat PUSTENA dari Masjid Salman, Institut Teknologi
Agak berbeda dengan mahasiswa lain yang lebih suka ber-advokasi / demonstrasi, rekan mahasiswa PUSTENA SALMAN ITB - tanpa banyak bicara turun ke lapangan membantu pondok pesantren di sekitarnya. Diantara mereka motor penggerak yang cukup aktif adalah Arief Wiryanto dan Soni Setia Nugraha yang kedua-nya sekarang sudah meraih gelar sarjana S1 ITB dan sampai sekarang masih konsisten untuk meluangkan sebagianwaktunya untuk membantu pondok pesantren.
Soni termasuk aktif turun ke pondok pesantren di sekitar Garut & Pangalengan. Awalnya barangkali sederhana sekali - Soni dkk melihat kenyataan banyak santri di pondok-pondok tersebut ternyata harus mampu meng-hidup-i diri mereka sendiri (terutama jika orang tuanya kurang mampu) apakah itu dengan bercocok tanam, berkebun, memelihara ikan di kolam membuat kerajinan tangan dll. Selama ini pondok-pondok tersebut dan santri-nya harus tergantung pada para tengkulak untuk menjual hasil bumi / perternakan / perikanan-nya. Akibatnya harga di pihak petani / santri menjadi sangat kecil. Begitulah kenyataan yang menyedihkan yang ada di daerah.
Pondok umumnya mempunyai lahan binaan yang cukup luas bahkan ada yang mempunyai lahan 100 hektar. Memang pengetahuan bercocok tanam maupun pengetahuan pasar sangat minim, sampai-sampai pengurus pondok ada yang pernah bertanya pada Soni dkk kira-kira bunyinya “Nak Soni ini ada lahan - tolong beritahu kami, sebaiknya menanam apa hari ini supaya bisa untung?”. Pertanyaan yang sederhana memang, tapi sulit menjawabnya - karena dibutuhkan pengetahuan pertanian yang mendalam. Soni dkk bahkan sempat membantu beberapa pondok untuk berternak ikan Lele karena pangsa pasar Lele ternyata cukup besar di kota Bandung.
Karena adanya perbedaan jarak yang cukup jauh antara pondok dengan rekan-rekan PUSTENA SALMAN ITB, selama itu komunikasi dilakukan melalui SLJJ & FAX sehingga sangat memakan biaya. Akibatnya mulai timbulah ide untuk mencoba menggantikan SLJJ & FAX menggunakan fasilitas Internet yaitu e-mail. Jadi Internet sebetulnya digunakan untuk membuat proses komunikasi menjadi lebih murah (atau tepatnya - jauh lebih murah lagi). Awal-nya Soni dkk mencoba menggunakan teknologi packet radio, ternyata tidak mudah juga. Setelah sarasehan dengan para ajengan di tasikmalaya bulan Oktober 1999 yang lalu yang di prakarsai oleh Mba Leonie (mccool@bdg.centrin.net.id) mahasiswi S2 Studi Pembangunan ITB, tampaknya teknologi warung internet yang memungkinkan iuran secara bersama yang murah menjadi sebuah alternatif yang menarik untuk di implementasi di pondok-pondok karena dapat mengembalikan modal investasi warung internet dengan pasti.
Transaksi / interaksi yang dilakukan di tingkat pesantren ini cukup banyak, baik yang sifatnya untuk kepentingan pengetahuan maupun transaksi “dagang” untuk dapat hidup. Jangan berfikir pondok menggunakan e-commerce seperti Amazon.com, wah itu masih jauh dari impian. Internet digunakan hanya sebagai pengganti SLJJ & FAX dalam proses transaksi “dagang”. Jadi tetap kepercayaan & tali silaturahmi yang erat di pegang di antara orang / pelaku transaksi. Dan ini relatif cukup berhasil, artinya ya karena Internet lebih murah ya akhirnya dipakai untuk menggantikan FAX & SLJJ yang lebih mahal - sesederhana itu pola yang digunakan.
Untuk memfasilitasi proses transaksi “dagang”dari pondok pesantren supaya pondok dapat hidup. Arief , Soni dkk sejak 1-2 tahun yang lalu telah membangun fasilitas diskusi di Internet di lokasi virtual wong-cilik@isnet.itb.ac.id. Kebetulan anggotanya bukan hanya sekedar dari dunia pesantren tapi juga dari berbagai pihak terutama yang berkaitan dengan dunia Agribisnis.
Dari pengalaman saya berinteraksi dengan para Ajengan di Pondok Pesantren khususnya di kesempatan sarahsehan di Tasikmalaya, umumnya para Ajengan tahu bahwa ada dunia maya / dunia informasi Internet. Terima kasih, media massa cukup berhasil dalam meng-edukasi bangsa Indonesia dalam hal ini. Memang sebagian belum pernah melihat bentuk Internet itu seperti apa. Peralatan apa saja yang dibutuhkan. Walaupun di pondok umumnya ada komputer & telepon, umumnya para ajengan masih kurang mengetahui bagaimana menyambungkan modem ke komputer dan telepon agar dapat masuk ke dunia maya - sesederhana itu. Kesenjangan teknologi ini juga kemudian mendorong kelompok seperti Computer Network Research Group (CNRG) ITB menulis berbagai artikel & buku-buku seperti TCP/IP & Teknologi Warung Internet untuk memberdayakan bangsa di bidang teknologi informasi.
Komentar
Posting Komentar
Silakan isi komentar Anda.